perhitungan angka kuman
BAB I
PENDAHULUAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perhitungsn angka kuman
Menghitung
atau menentukan banyaknya mikroba dalam suatu bahan (makanan, minuman,
dan lain-lain) dilakukan untuk mengetahui sampai seberapa jauh bahan itu
tercemar oleh mikroba. Dengan mengetahui jumlah mikroba, maka dapat
diketahui kualitas mikrobiologi dari bahan tersebut. Bahan yang dapat
dikatakan baik jika jumlah mikroba yang terkandung dalam bahan tersebut
masih di bawah jumlah standar yang ditentukan oleh suatu lambaga.
Kandungan mikroba pada suatu bahan juga sangat menentukan tingkat
kerusakannya, serta dapat ditentukan oleh tingkat kelayakan untuk
dikonsumsi.
Jumlah mikroba dalam suatu bahan dapat dihitung menggunakan beberapa cara. Namun secara garis besar dibedakan menjadi :
1. Cara perhitungan langsung
Cara
perhitungan langsung berarti kita dapat mengetahui beberapa jumlah
mikroba pada saat dilakukan perhitungan. Hasil perhitungan secara
langsung menunjukkan seluruh jumlah mikroba yang masih hidup maupun yang
sudah mati. Adapun caranya:
a. Pembuatan preparat sederhana yang diwarnai
b. Menggunakan ruang hitung
2. Cara perhitungan tidak langsung
Cara
perhitungan tidak langsung, hasil perhitungan jumlah mikroba baru dapat
diperoleh kemudian setelah dilakukan perlakuan terlebih dahulu. Hasil
perhitungan tidak langsung akan menunjukan jumlah mikroba yang masih
hidup saja. Adapun caranya :
a. Menghitung jumlah total mikroba (Total plate count = angka lempeng total)
b. Cara pengenceran
c. Memperkirakan jumlah terkecil mikroba yang ada (MPN = Most Probable Number)
d. Cara kekeruhan (turbiditas)
Cara
perhitungan tidak langsung dapat digunakan baik untuk bahan padat
maupun cair. Khusus untuk bahan padat maka sebelum dilakukan perhitungan
bahan itu perlu dilakukan pelarutan atau dibuat suspense, dengan
memperhitungkan factor pengencerannya.
Tujuan pengenceran
Menghitung jumlah kuman aerob yang terdapat dalam produk obat, obat tradisional, makanan, kosmetik dan alat kesehatan.
Prinsip pengenceran
Sediaan yang telah dihomogenkan dan diencerkan dengan pengenceran yang sesuai ditanam pada media agar (PCA= plate count agar), setelah inkubasi pada suhu 370c selama 24-48 jam dihitung jumlah koloni yang tumbuh. Satuan perhitungan jumlah mikroba dikenal dengan istilah Colony Forming Units(CFUs) untuk perhitungan bakteri dan kapang/khamir.
Factor pengenceran = pengenceran x jumlah yang ditumbuhkan
Jumlah koloni = jumlah x 1/ factor pengenceran
Syarat koloni yang ditentukan untuk dihitung adalah sebagai berikut:
1. Satu koloni dihitung 1 koloni
2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni
3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni
4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2 koloni
5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan) tidak dihitung
6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1 koloni.
Standar perhitungan
Cawan
yang dipilih adalah yang mengandung jumlah koloni 30-300 koloni,
beberapa koloni yang bergabung menjadi satu dihitung sebagai satu
koloni, maupun koloni yang seperti sederetan garis tebal. Hasil yang
dilaporkan terdiri dari 2 angka, yaitu angka pertama didepan koma dan
angka dibelakang koma. Jika angka ketiga lebih besar dari 5 maka harus
dibulatkan satu angka lebih tinggi pada angka kedua.
10-2
|
10-3
|
10-4
|
SPC (standar plate count)
|
234 28 1 2,3x104
700 125 10 2,3x105
jijika
semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni pada cawan
petri maka hanya koloni pada pengenceran terendah yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan sebagai kurang dari 30 koloni dikalikan dengan
factor pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan dalam
tanda kurung.
10-2
|
10-3
|
10-4
|
SPC (standar plate count)
|
16 1 <3,0 x 103 (1,6 x 103)
Jika
semua pengenceran menghasilkan angka lebih dari 300 koloni pada cawan
petri maka hanya koloni pada pengenceran tertinggi yang dihitung.
Hasilnya dilaporkan sebagai lebih dari 300 koloni dikalikan dengan
factor pengenceran tetapi jumlah sebenarnya harus dicantumkan didalam
kurung. Cara perhitungan hanya ¼ bagian saja kemudian hasilnya
dikalikan.
10-2
|
10-3
|
10-4
|
SPC (standar plate count)
|
TBUD 355 <3,0 x 106 (3,6 x 106)
Jika
semua pengenceran menghasilkan angka antara 30-300 koloni pada cawan
petri. Perbandingan dari pengenceran tertinggi dan terendah dari kedua
pengenceran lebih kecil atau sama dengan 2, tentukan rata-rata dari
kedua pengenceran tersebut dengan memperhitungkan pengencerannya. Jika
perbandingan antara hasil pengenceran tertinggi dan terendah hasilnya
lebih dari 2 maka yang dilaporkan hanya hasil yang terkecil.
10-2
|
10-3
|
10-4
|
SPC (standar plate count)
|
293 41 4 3,5 x 104
(rata-rata 1,4 = <2)
140 32 2 1,4 x 104
(rata-rata 2,3= >2)
Perhitungan duplo
Jika
digunakan dua cawan petri (duplo) perpengenceran, data yang diambil
harus dari kedua cawan tersebut, tidak boleh diambil salah satu,
meskipun salah satu dari cawan duplo tidak memenuhi syarat 30-300
koloni. Berikut contoh duplo :
10-2
|
10-3
|
10-4
|
SPC (standar plate count)
|
175 16 4 1,9 x 104
208 17 2 rata-rata pengenceran 10-2
10-2
|
10-3
|
10-4
|
SPC (standar plate count)
|
138 42 4 1,5 x 104
162 43 2 Rata-rata pengenceran 10-2
Karena perbandingan pengenceran
10-3 dan 10-2 = 2,4
10-2
|
10-3
|
10-4
|
SPC (standar plate count)
|
290 36 4 3,1 x 104
280 32 2 rata-rata pengenceran 10-2
Karena perbandingan pengenceran
10-3 dan 10-2 -= 1,2
B. pewarnaan Bakteri
Bakteri
adalah mikroba uniseluler bersifat transparan dan tidak berwarna,
sehingga sulit dilihat dengan menggunakan mikroskop cahaya, karena tibak
mengabsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Tehnik pewarnaan merupakan cara
yang banyak dipergunakan untuk melihat struktur dan morfologi bakteri.
Sel
bakteri mengandung bermacam-macam senyawa kimia antara lain lipida,
asam nukleat dan protein. Zat –zat itu akan bereaksi dengan zat warna
asam atau basa dengan hasil kenampakan yang bebeda. Kadang bagian
tertentu dari sel bakteri harus diberi penawaran khusus untuk dapat
dilihat. Asam nukleat kuman mengandung gugus fosfat bermuatan negative
yang dapat mengikat warna basa yang bermuatan positif. Zat warna asam
terikat dengan prostoplasma bakteri secara kimia dan zat warna yang
digunakan berbentuk garam. Akan tetapi umumnya zat warna digunakan untuk
pewarna bakteri adalah zat warna basa seperti : metilen-blue,
Kristal-ungu, karbol fuchsin.
Penggunaan
satu macam zat warna untuk pewarna bakteri sering tidak menghasilkan
pengamatan yang baik, oleh karena umumnya bakteri diwarnai menggunakan
lebih dari satu zat warna. Sebelum diberi zat warna sel bakteri perlu
difiksasi yaitu mematikan sel pada preparat ulas tanpa mengakibatkan
perubahan bentuk dan struktur yang ada didalam sel. Selain itu dengan
fiksasi, maka afinitas sel terhadap zat warna menjadi meningkat sehingga
zat warna lebih kuat melekat pada sel.pewarnaan bakteri ada beberapa
cara yang dapat dikelompokan :
1. pewarnaan sederhana
a. pewarnaan langsung
b. pewarnaan tidak langsung
2. pewarnaan diferensial
a. pewarnaan gram
b. pewarnaan acid-fast
3. pewarnaan struktur
a. pewarnaan endosprora
b. pewarnaan flagelia
c. pewarnaan kapsul
C. MAKSUD dan TUJUAN
Praktikum
Mikrobiologi - Virologi kali ini membahas tentang perhitungan angka
kuman dan pewarnaan bakteri. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui
jumlah koloni dan membedakan bakteri gam (+) dan gram (-).
BAB II
METODOLOGI PRAKTIKUM
- Praktikum Perhitungan Angka Kuman
Alat dan bahan :
1. Cawan petri
2. Tabung reaksi
3. Pipet volume
4. Vortex
5. Lampu Bunsen
6. Tanah
7. Aquadest steril
8. Medium petri PCA
Prosedur praktikum :
1. Timbang tanah seberat 1 gram
2. Tanah seberat 1g dimasukkan kedalam aquadest steril 9ml (tabung pengenceran 10-1) secara aseptis dan divortex, lalu ambil 1ml larutan masukkan dalam 9ml aquadest steril (pengenceran 10-2) dan selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat sampai 10-7.
3. Dari masing-masing 3 pengenceran terakhir (pengenceran 10-5, 10-6, 10-7) diambil 0,1ml untuk ditanam secara spread pleate pada medium petri PCA.
4. Inkubasi pada suhu 370c selama 24-48 jam.
5. Koloni akan tumbuh pada ketiga cawan tersebut
6. Hitung jumlah mikroba pada masing-masing petri tersebut.
- Praktikum Pewarnaan Bakteri
Alat dan bahan :
1. Jarum ose
2. Objek glass
3. Lampu Bunsen
4. Mikroskop
5. Biakan kuman
6. Pewarna
Prosedur praktikum :
1. Buatlah preparat ulas bakteri biakan murni
2. Teteskan larutan cat utama sebanyak 2 tetes, diamkan 5 menit cuci dengan air mengalir, keringkan
3. Teteskan lugol (gram B), diamkan 1 menit cuci dengan air mengalir
4. Cuci dengan alcohol 96% (gram C) sambil digoyang-goyangkan selama 30 detik atau sampai zat warna luntur mengalir dari preparat
5. Cuci dengan air mengalir
6. Preparat
diteteskan dengan safranin (gram D) diamkan selama 1-2 menit. Cuci
dengan air mengalir keringkan diantara kertas kering atau di udara.
7. Amati di mikroskop.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil Praktikum Angka Perhitungan Bakteri
Tanggal Praktikum : 02 November 2010
Tujuan Praktikum : untuk mengetahui jumlah koloni
10-5
|
10-6
|
10-7
|
SPC (standar plate count)
|
14 5 ?
Perhitungan :
Semua pengenceran menghasilkan angka kurang dari 30 koloni.
Jumlah koloni = < 30 x 1/10-5 ( 14 x 1/10-5)
= <30 x 101 x 10 5 ( 1,4 x 101 x 105)
= <30 x 106 (1,4 x 106 CFUs)
Pembahasan :
Jumlah kuman yang terdapat pada pengenceran 10-5 adalah <30 x 106 (1,4 x 106 CFUs). Pengenceran 10-5 yang
dipilih karena hasil pengenceran yang kami dapat menghasilkan angka
kurang dari 30 koloni. Hal ini disebabkan karena pada saat melakukan
isolasi tindakan yang dilakukan kurang aseptis dan alat-alat yang
digunakan kurang steril dan jumlah bakteri terdapat pada sampel tanah
yang kami ambil juga sedikit sehingga jumlah yang kami hitung dalam
perhitungan kuman juga kecil jumlahnya.
Prinsip
dari pemeriksaan ini menghitung jumlah koloni yang tumbuh pada Plate
Count Agar. Hitung angka kuman dilakukan pengenceran bertingkat
bertujuan agar koloni tiap plate dapat dihitung. Tahap akhir, jumlah
koloni dari tiap plate dikali dengan pengenceran dan dicari rata-rata
dari semua plate. Nilai yang didapat adalah Jumlah Angka Kuman dari
Sampel yang di Periksa.
Perhitungan
Angka Kuman : Σ (Jumlah koloni - Jumlah koloni control) X pengenceran /Banyak plate
Angka Kuman : Σ (Jumlah koloni - Jumlah koloni control) X pengenceran /Banyak plate
Gambar :
Angka Kuman Staphylococcus aureus
Pemeriksaan Angka kuman Staphylococcus aureus sama dengan Hitung Angka Kuman. Hitung angka kuman semua bakteri yang tumbuh pada plate dihitung.
sementara Hitung Angka Kuman Staphylococcus aureus jenis bakteri spesifik untuk bakteri S. aureus.
Media agar yang digunakan berbeda(menggunakan Baird Parker) dengan
Hitung Angka Kuman sehingga bakteri jenis lain dapat ditekan
pertumbuhanya.
Perhitungan :
Angka kuman S . aureus = Banyak koloni X pengenceran X penipisan
Gambar :
Perhitungan Bakteri
Pada
pemeriksaan suatu produk, jumlah bakteri akan menggambarkan mutu bahan
baku, proses pembuatan dan tingkat kerusakan suatu bahan mekanan. Metode
perhitungan sangat banyak, hanya biasanya metode yang dipilih adalah
disesuaikan dengan kepentingan pemeriksaan, kecepatan dan ketepatan
hasil pemeriksaan. Metode perhitungan itu adalah:
(1) metode hitung bakteri, metode ini dapat dikerjakan tergantung dari jumlah bakteri yang hidup dengan aktifitas metabolisme
(a) angka lempengan total,
(b) pengenceran, Most Probable Number (MPN)
(c) aktifitas metabolik.
(2) Metode total bakteri hidup dan bakteri mati meliputi
(a) berat kering bakteri,
(b) kekeruhan, berdasarkan jumlah sinar yang diserap pada panjang gelombang
tertentu,
(c) hitung partikel elektronik,
(d) hitung dengan mikroskop langsung,
(e) Volume sel.
Dari sejumlah metode di atas beberapa saja yang sering digunakan untuk pemeriksaan rutin yaitu;
(1) angka lempeng total ”Pour Plate” digunakan untuk menghitung bakteri dengan ketentuan yaitu :
(a) satu koloni bakteri dihitung satu sel bakteri hidup,
(b) satu sel hidup dari sampel akan mampu membentuk koloni bakteri dalam lempeng petri dish,
(c)
dihitung jumlah koloni antar 30-300 koloni. Apabila kurang maka
dihitung jumlah koloni yang ada, sedang apabila lebih dari 300 maka
perlu dilakukan pengenceran.
(2)
penghitungan bakteri dengan bakteri ”Spread Plate”, prinsip hitung
bakteri dengan metode ini adalah meratakan bakteri yang terdapat di
dalam sampel dengan volume tertentu di atas permukaan media yang sesuai.
(3)
Most Probable Number (MPN), adalah perhitungan bakteri dengan cara
menggunakan variasi jumlah tabung yang sudah ada di dalam standard.
Slide
spesial-counting Chambers sebagaimana penghitung bakteri
Petroff-Hausser juga digunakan untuk membuat perhitungan langsung.
Perhitungan bakteri ditempatkan pada sebuah jalur ruangan, dimensi dari
yang kita tahu, dan dibungkus dengan yang kecil. Pengujian dapat di buat
dengan lebih banyak kepuasan dengan lapangan-gelap atau fase
mikroskopis, jika sel tidak ditandai dan karena itu tidak terlalu
mencolok oleh pengujian terang-lapang. Sejak counting cahmber diputuskan
mati di dalam area yang pasti dan sejak kedalaman dari perhitungan pada
ruangan diperhitungkan di ketahui, berarti bahwa di atas volume lain
daerah yang diatus dapat dijumlahkan. Semuanya adalah dibutuhkan, oleh
karena itu, apakah dijumlahkan nomor dari organisme di beberapa area,
rata-rata mendapatkan bilangan untuk menghitung per area, dan juga
mengalikan rata-rata ini oleh sebuah faktor yang tepat memasukkan
penjumlahan ke nomor bakteri per millimeter.
- Hasil Praktikum Pewarnaan Bakteri
Tanggal Praktikum : 02 November 2010
Tujuan Praktikum : membedakan bakteri Gram (+) dan Gram (-)
Pengamatan
|
Gram positif
|
Gram negatif
|
Nama Bakteri
|
Stophylococcus aureus
|
Pseudomonas auriginosa
|
Bentuk sel
|
Bulat bergerumul (anggur)
|
Batang, banyak falgel (rambut)
|
Warna sel
|
Warna ungu
|
Warna merah
|
Pembahasan :
Pada
saat pewarnaan gram positif jika ditambahkan gram A (Kristal violet)
akan berwarna ungu. Begitu pula dengan gram negative pada saat
ditambahkan gram B (iodine) sama halnya dengan penambahan gram A.
Bakteri akan berwarna ungu. Namun, ketika ditambahkan gram C
(alcohol-aceton) gram positif tetap berwarna ungu, sedangkan gram
negative warna ungunya melarut dan setelah dicuci dengan aquadest warna
ungunya menghilang.
Hal
ini menandakan bahwa pada gram positif kandungan peptidoglikannya lebih
banyak sedangkan lipidnya lebih sedikit. Sehingga lipid yang larut
tidak berpengaruh pada warna yang menempel pada bakteri. Sedangkan pada
gram negative kandungan lipidnya yang lebih banyak ikut
hilang. Oleh karena itu ketika penambahan gram D (safranin) dilakukan
pada gram positif tetap berwarna ungu, sedangkan pada gram negative
berwarna merah karena safranin berwarna merah.
Proses
pewarnaan diferensial ini memerlukan 4 jenis reagen. Bakteri terbagi
atas dua kelompok berdasarkan pewarnaan ini, yaitu bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif. Perbedaan ini berdasarkan warna yang dapat
dipertahankan bakteri. Reagen pertama disebut warna dasar, berupa
pewarna basa, jadi pewarna ini akan mewarnai dengan jelas. Reagen kedua
disebut bahan pencuci warna (decolorizing agent). Tercuci tidaknya warna
dasar tergantung pada komposisi dinding sel, bilakomponen dinding sel
kuat mengikat warna, maka warna tidak akan tercuci sedangkan bila
komponen dinding sel tidak kuat menelan warna dasar, maka warna akan
tercuci. Reagen terakhir adalah warna pembanding, bila warna tidak
tercuci maka warna pembanding akan terlihat, yang terlihat pada hasil
akhir tetap warna dasar.
Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam keadaan olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah oganisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari.
Bakteri hidup sulit untuk dilihat dengan mikroskop cahaya terang biasa karena bakteri itu tampak tidak berwarna jika diamati secara sendiri, walaupun biakannya secara keseluruhan mungkin berwarna. Bakteri sering diamati dalam keadaan olesan terwarnai daripada dalam keadaan hidup. Yang dimaksud dengan bakteri terwarnai adalah oganisme yang telah diwarnai dengan zat pewarna kimia agar mudah dilihat dan dipelajari.
Sel-sel
mikroorganisme yang tidak diwarnai umumnya tampak hampir tembus pandang
(transparan) bila diamati dengan mikroskop cahaya biasa hingga sukar
dilihat karena sitoplasma selnya mempunyai indeks bias yang hampir sama
dengan indeks bias lingkungannya yang bersifat cair. Kontras antara sel
dan latar belakangnya dapat dipertajam dengan cara mewarnai sel-sel
tersebut dengan zat-zat warna.
Pada
umumnya, olesan bakteri terwarnai mengungkapkan ukuran, bentuk, susunan
dan adanya struktur internal seperti spora dan butiran zat pewarna
khusus diperlukan untuk melihat bentuk kapsul ataupun flagella, dan
hal-hal terperinci tertentu di dalam sel. Zat pewarna adalah garam yang
terdiri atas ion positif dan ion negatif, yang salah satu diantaranya
berwarna.
Sel
bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan
perbesaran 100x10 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas
tanpa pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk
memperjelas sel bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel
bakteri. Zat warna dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga
kontras sel bakteri dengan sekelilingnya ditingkatka. Zat warna yang
digunakan bersifat asam atau basa. Pada zat warna basa, bagian yang
berperan dalam memberikan warna disebut kromofor dan mempunyai muatan
positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian yang berperan memberikan
zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa lebih banyak digunakan
karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada permukaan sel.
Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue,
Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green dll. Sedangkan zat warna basa
antara lain Eosin, Congo Red.
Banyak
senyawa organik berwarna (zat warna) digunakan untuk mewarnai
mikroorganisme untuk pemeriksaan mikroskopik dan telah dikembangkan
prosedur pewarnaan untuk :
- Mengamati dengan baik morfologi mikroorganisme secara kasar.
- Mengidentifikasi bagian-bagian struktural sel mikroorganisme.
- Membantu mengidentifikasi atau membedakan organisme yang serupa.
Langkah-langkah utama dalam persiapan spesimen mikroba untuk pemeriksaan mikroskopik adalah :
- Penempatan olesan atau lapisan spesimen pada kaca objek.
- Fiksasi olesan pada kaca objek.
- Aplikasi pewarna tunggal (pewarnaan sederhana) atau serangkaian larutan pewarna atau reagen (pewarnaan diferensial.
Pewarnaan
atau pengecatan terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung
(bersama bahan yang ada) ataupun secara tidak langsung (melalui biakan
murni).
Tujuan dari pewarnaan tersebut adalah :
- Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi ataupun fungi.
- Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
- Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
- Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik dan kimia yang ada akan dapat diketahui.
Pewarna
yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan
memberikan reaksi kalu mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan
tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negative. Sel
bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati
netral. Sehingga kalau kita memberikan pewarnaan yang bermuatan positif
ataupun negative).
Pewarnaan
Sederhana (Pewarnaan Positif). Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat
ulasan bakteri di atas object glass yang kemudian difiksasi. Jangan
menggunakan suspensi bakteri yang terlalu padat, tapi jika suspensi
bakteri terlalu encer, maka akan diperoleh kesulitan saat mencari
bakteri dengan mikroskop. Fiksasi bertujuan untuk mematikan bakteri dan
melekatkan sel bakteri pada object glass tanpa merusak struktur.
Pewarnaan
Negatif. Beberapa bakteri sulit diwarnai dengan zat warna basa. Tapi
mudah dilihat dengan pewarnaan negatif. Zat warna tidak akan mewarnai
sel melainkan mewarnai lingkungan sekitarnya, sehingga sel tampak
transparan dengan latar belakang hitam. Setelah dilihat di mikroskop,
maka akan tampak bentuk sel bakteri. Berikut merupakan berbagai bentuk
sel bakteri.
Pewarnaan
Gram adalah pewarnaan diferensial yang sangat berguna dan paling banyak
digunakan dalam laboratorium mikrobiologi, karena merupakan tahapan
penting dalam langkah awal identifikasi. Pewarnaan ini didasarkan pada
tebal atau tipisnya lapisan peptidoglikan di dinding sel dan banyak
sedikitnya lapisan lemak pada membran sel bakteri. Jenis bakteri
berdasarkan pewarnaan gram dibagi menjadi dua yaitu gram positif dan
gram negatif. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan
membran sel selapis. Sedangkan baktri gram negatif mempunyai dinding sel
tipis yang berada di antara dua lapis membran sel.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pewarnaan gram adalah sebagai berikut
a.
Fase yang paling kritis dari prosedur di atas adalah tahap dekolorisasi
yang mengakibatkan CV-iodine lepas dari sel. Pemberian ethanol jangan
sampai berlebih yang akan menyebabkan overdecolorization sehingga sel
gram positif tampak seperti gram negatif. Namun juga jangan sampai
terlalu sedikit dalam penetesan etanol (underdecolorization) yang tidak
akan melarutkan CV-iodine secara sempurna sehingga sel gram negatif
seperti gram positif.
b.
Preparasi pewarnaan gram terbaik adalah menggunakan kultur muda yang
tidak lebih lama dari 24 jam. Umur kultur akan berpengaruh pada
kemampuan sel menyerap warna utama (CV), khususnya pada gram positif.
Mungkin akan menampakkan gram variabel yaitu satu jenis sel, sebagian
berwarna ungu dan sebagian merah karena pengaruh umur. Walaupun ada
beberapa species yang memang bersifat gram variabel seperti pada genus
Acinetobacter dan Arthrobacter.
Pewarnaan Endospora. Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas.
Pewarnaan Endospora. Anggota dari genus Clostridium, Desulfomaculatum dan Bacillus adalah bakteri yang memproduksi endospora dalam siklus hidupnya. Endospora merupakan bentuk dorman dari sel vegetatif, sehingga metabolismenya bersifat inaktif dan mampu bertahan dalam tekanan fisik dan kimia seperti panas, kering, dingin, radiasi dan bahan kimia. Tujuan dilakukannya pewarnaan endospora adalah membedakan endospora dengan sel vegetatif, sehingga pembedaannya tampak jelas.
Endospora
tetap dapat dilihat di bawah mikroskop meskipun tanpa pewarnaan dan
tampak sebagai bulatan transparan dan sangat refraktil. Namun jika
dengan pewarnaan sederhana, endospora sulit dibedakan dengan badan
inklusi (kedua-duanya transparan, sel vegetatif berwarna), sehingga
diperlukan teknik pewarnaan endospora. Berikut merupakan beberapa tipe
endospora dan contohnya.
BAB IV
KESIMPULAN
- Jumlah kuman perhitungan kuman yang didapat tergantung pada jumlah bakteri yang terdapat saat pengenceran.
- Pewarnaan bakteri dilakukan dengan tujuan untuk melihat struktur dan morfologi bakteri, karena maerupakan mikroba uniseluler yang bersifat transparan atau tidak berwarna.
- Pada saat pewarnaan gram, bakteri gram posif berwarna ungu dan gram negative berwarna merah. Halini berkaitan dengan kandungan peptidoglikan dan lipid yang berbeda. Pada gram positif, kandungan peptidoglikan lebih banyak dan kandungan lipidnya sedikit. Sedangkan gram negative sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Irawan, 2008. Teknik Pewarnaan Mikroba. http://wordbiology.wordpress.com.
Campbell, N. A. Dan Reece, J. B., 2005. Biologi Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Hadioetomo, R, S., 1990. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Irawan, 2008. Teknik Pewarnaan Mikroba. http://wordbiology.wordpress.com.
Pelczar, M. W., 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. UI Press. Jakarta.
Suriawiria, U., 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.
Suriawiria, U., 1985. Mikrobiologi Dasar dalam Praktek. Gramedia. Jakarta.
Volk, W. A. dan Margareth F. W., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta : Erlangga.