Taenia Saginata
Label: parasitologi
Nama lain
Cacing pita Sapi (the beef tapeworm)
Distribusi Geografis
Infeksi cacing pita Taenia tertinggi di Indonesia terdapat di daerah Papua.Di Kabupaten Jayawijaya Papua, Indonesia ditemukan 66,3% (106 orang dari 160 responden) positif menderita taeniasis solium/sistiserkosis selulosae dari babi. Sementara 28,3% orang adalah penderita sistiserkosis yang dapat dilihat dan diraba benjolannya di bawah kulit. Sebanyak 18,6% (30 orang) di antaranya adalah penderita sistiserkosis selulosae yang menunjukkan gejala epilepsi. Dari 257 pasien yang menderita luka bakar di Papua, sebanyak 82,8% menderita epilepsi akibat adanya sistiserkosis pada otak. Prevalensi sistiserkosis pada manusia berdasarkan pemeriksaan serologis pada masyarakat Bali sangat tinggi yaitu 5,2% sampai 21%, sedangkan prevalensi taeniasis di provinsi yang sama berkisar antara 0,4%-23%. Sebanyak 13,5% (10 dari 74 orang) pasien yang mengalami epilepsi di Bali didiagnosa menderita sistiserkosis di otak. Prevalensi taeniasis T. asiatica di Sumatera Utara berkisar 1,9%-20,7%. Kasus T. asiatica di Provinsi ini umumnya disebabkan oleh konsumsi daging babi hutan setengah matang.
Morfologi
Telur
berukuran 30-40 mikron x 20-30 mikron, berwarna coklat tengguli dimana
lapisan embrioforenya bergaris-garis radier dan di dalamnya terdapat
hexacanth embrio.
Proglotid
gravid berukuran 16-20 x 5-7 mm,dengan cabang uterus berjumlah 15-30
buah tiap sisi dimana uterus gravid ini mengandung 80.000 – 100.000
butir telur. Lubang kelamin atau porus genitalis terletak di sebelah
lateral dan letaknya berselang-seling di kanan dan kiri strobila. Di
bagian posterior lubang kelamin, dekat dengan vas deferens, terdapat
tabung vagina yang berpangkal pada ootid.
Cacing
dewasa mempunyai ukuran panjang 5-10 meter. Cacing ini terdiri atas
scolex, leher, dan strobila. Scolex berbentuk piriform berukuran 1-2 mm
di lengkapi dengan 4 batil isap yang menonjol dan strobila terdiri atas
1000-2000 proglotid atau segmen dimana makin ke distal proglotid semakin
matang
Siklus hidup
Siklus hidup Taenia sp.
Sebuah
proglotid gravid berisi kira-kira 100.000 buah telur. Pada saat
proglotid terlepas dari rangkaiannya dan menjadi koyak, terdapat cairan
putih susu yang mengandung banyak telur mengalir keluar dari sisi
anterior proglotid tersebut, terutama jika proglotid berkontraksi pada
saat bergerak. Telur-telur ini akan melekat pada rumput bersama dengan
tinja, bila orang berdefekasi di padang rumput atau karena tinja yang
hanyut dari sungai pada saat banjir. Ternak yang makan rumput ini akan
terkontaminasi dan dihinggapi cacing gelembung, karena telur yang
tertelan bersama rumput tersebut akan dicerna dan embrio heksakan akan
menetas di dalam tubuh ternak. Embrio heksakan yang menetas di saluran
pencernaan ternak akan menembus dinding usus, masuk ke saluran getah
bening atau darah dan ikut dengan aliran darah ke jaringan ikat di
sela-sela otot untuk tumbuh menjadi cacing gelembung yang disebut
sistiserkus bovis, yaitu larva Taenia saginata yang terbentuk setelah 12
s.d. 15 minggu.
Bila
cacing gelembung yang ada di otot hewan ini termakan oleh manusia,
karena proses pemasakan yang tidak atau kurang matang, maka skolexnya
akan keluar dari cacing gelembung dengan cara evaginasi. Skolex akan
melekat pada mukosa usus halus seperti jejunum. Cacing Taenia saginata
dalam waktu 8 s.d. 10 minggu akan menjadi dewasa.Telur dilepaskan
bersama proglotid atau tersendiri melalui lubang uterus. Embrio di dalam
telur disebut onkosfer berupa embrio heksakan yang tumbuh menjadi
bentuk infektif dalam hospes perantara. Infeksi terjadi jika menelan
larva bentuk infektif atau menelan telur. Pada Cestoda dikenal dua ordo,
yang pertama Pseudophyllidea dan yang kedua adalah Cyclopyllidea.
Gejala klinis
Gejala
yang sering muncul pada penderita cacing pita Cestoda adalah perut
mulas tanpa sebab, nafsu makan menurun, mual, kekurangan gizi, berat
badan menurun. Telur cacing pita babi bisa menetas di usus halus, lalu
memasuki tubuh atau struktur organ tubuh., sehingga muncul penyakit Cysticercosis,
cacing pita cysticercus sering berdiam di jaringan bawah kulit dan
otot, gejalanya mungkin tidak begitu nyata ; tetapi kalau infeksi cacing
pita Cysticercus menjalar ke otak, mata atau ke sumsum tulang akan
menimbulkan efek lanjutan yang parah.Infeksi oleh cacing pita genus
Taenia di dalam usus biasanya disebut Taeniasis. Ada dua spesies yang sering sebagai penyebab-nya, yaitu Taenia solium dan Taenia saginata.
Menurut penelitian di beberapa desa di Indonesia, angka infeksi taenia
tercatat 0,8–23%., frekuensinya tidak begitu tinggi. Namun demikian,
cara penanganannya perlu mendapat perhatian, terutama kasus-kasus
taeniasis Taenia solium yang sering menyebabkan komplikasi
sistiserkosis.Cara infeksinya melalui oral karena memakan daging babi
atau sapi yang mentah atau setengah matang dan me-ngandung larva
cysticercus. Di dalam usus halus, larva itu menjadi dewasa dan dapat
menyebabkan gejala gastero- intestinal seperti rasa mual, nyeri di
daerah epigastrium, napsu makan menurun atau meningkat, diare atau
kadang-kadang konstipasi. Selain itu, gizi penderita bisa menjadi buruk
se-hingga terjadi anemia malnutrisi. Pada pemeriksaan darah tepi
didapatkan eosinofilia. Semua gejala tersebut tidak spesifik bahkan
sebagian besar kasus taeniasis tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).
Cacing
dewasa Taenia saginata biasanya menyebabkan gejala klinis yang ringan,
seperti sakit ulu hati, perut merasa tidak enak, mual, muntah, mencret,
pusing atau gugup. Gejala-gejala tersebut disertai dengan ditemukannya
proglotid cacing yang bergerak-gerak lewat dubur bersama dengan atau
tanpa tinja. Gejala yang lebih berat dapat terjadi, yaitu apabila
proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang disebabkan
obstruksi usus oleh strobilla cacing. Berat badan tidak jelas menurun.
Eosinofilia dapat ditemukan di darah tepi. Meskipun infeksi ini biasanya
tidak menimbulkan gejala, beberapa penderita merasakan nyeri perut
bagian atas, diare dan penurunan berat badan. Kadang-kadang penderita
bisa merasakan keluarnya cacing melalui duburnya.
Diagnosa
Diagnosa
ditegakkan dengan ditemukannya proglotid gravid atau telur dalam tinja
atau daerah perianal dengan cara swab. Telur sukar dibedakan dengan
telur taenia solium. Proglotid gravidnya kemudian dapat diidentifikasi
dengan merendamnya dalam cairan laktofenol sampai jernih sehingga dengan
mudah dibedakan berdasarkan jumlah cabang lateral uterus atau scolexnya
yang tidak mempunyai kait-kait.
Pencegahan
Cara untuk mencegah agar tidak menderita gangguan yang disebabkan oleh Taenia saginata antara lain sebagai berikut :
- Tidak makan makanan mentah (sayuran,daging babi, daging sapi dan dagiikan), buah dan melon dikonsumsi setelah dicuci bersih dengan air.
- Minum air yang sudah dimasak mendidih baru aman.
- Menjaga kebersihan diri, sering gunting kuku, membiasakan cuci tangan menjelang makan atau sesudah buang air besar.
- Tidak boleh buang air kecil/besar di sembarang tempat, tidak menjadikan tinja segar sebagai pupuk; tinja harus dikelola dengan tangki septik, agar tidak mencemari sumber air.
- Di Taman Kanak Kanak dan Sekolah Dasar harus secara rutin diadakan pemeriksaan parasit, sedini mungkin menemukan anak yang terinfeksi parasit dan mengobatinya dengan obat cacing.
- Bila muncul serupa gejala infeksi parasit usus, segera periksa dan berobat ke rumah sakit.
- Meski kebanyakan penderita parasit usus ringan tidak ada gejala sama sekali, tetapi mereka tetap bisa menularkannya kepada orang lain, dan telur cacing akan secara sporadik keluar dari tubuh bersama tinja, hanya diperiksa sekali mungkin tidak ketahuan, maka sebaiknya secara teratur memeriksa dan mengobatinya.
No comments:
Post a Comment